Langsung ke konten utama

Cara komunikasi Yang baik

Anda sudah banyak mendengar banyak nasihat tentang cara komunikasi yang baik, seperti menatap mata lawan bicara, memikirkan hal menarik nantinya akan didiskusikan, tatap mata lawan bicara, mengangguk-- tersenyum, agar menunjukkan Anda sedang menyimak, lalu ulangi apa yang baru Anda dengar kemudian ringkaslah, semua seperti nya nampak masuk akal, namun anehnya tips generik tersebut tetap saja tidak bisa meningkatkan level cara berkomunikasi dengan baik yang diinginkan.

Jadi, saya ingin Anda sekarang lupakan semua itu. Selain hanya menjadikan orang tersebut seperti tempurung yang diberi nyawa, bagi pemula menengah.. cara berkomunikasi seperti ini rentan dengan kekakuan, palsu, tidak natural.

Begini,saya yakin tentu anda pernah mengalami pengalaman menyenangkan ketika berbicara lepas, semua tampak natural, sampai tidak terasa waktu cepat terasa berlalu, kita semua pernah mengalami percakapan model seperti ini.

Cara komunikasi yang baik

Kita sangat menyadari bagaimana cara berbicara dengan baik. Percakapan yang membuat Anda merasa terlibat dan terinspirasi atau merasa telah menjalin hubungan yang nyata atau merasa benar-benar dipahami. Jadi sekarang tidak ada alasan lagi kenapa kebanyakan interaksi  kita tidak bisa seperti itu.maka itulah sesungguhnya cara berkomunikasi yang baik, ya..saya yakin anda pasti mengalaminya.

Ingat anda tidak perlu belajar cara menunjukkan bahwa Anda begitu sangat menyimak jika memang ingin menyimak. Saya juga menggunakan keterampilan yang sama sebagai pewawancara profesional yang saya lakukan sehari-hari. Jadi, saya akan mengajarkan cara mewawancarai orang-orang, dan ini akan membantu Anda belajar menjadi pembicara yang lebih baik. Belajar melakukan percakapan tanpa membuang waktu, tanpa menjadi bosan,dan yang tak kalah penting, tanpa menyinggung siapapun.

siapa yang pernah menghapus pertemanan di Facebook
karena sesuatu yang menyinggung seperti politik atau agama,
sosial, budaya?
Dan siapa saja yang menghindari sedikitnya satu orang
karena tidak ingin berbicara dengan orang itu?
Di dunia tempat kita tinggal sekarang, di mana setiap pembicaraan berpotensi bisa berubah menjadi argumen panas, di mana akhirnya tidak bisa saling bicara dan bahkan masalah yang paling remeh temeh sekalipun bisa menyebabkan orang ngotot berkelahi, itu tidak normal, terlebih terpecah belah, daripada sebelumnya, sepanjang sejarah.

Kita lebih sulit berkompromi, yang artinya kita tidak saling mendengarkan. Kita membuat keputusan tentang tempat tinggal,
pasangan hidup, bahkan siapa teman kita, berdasarkan apa yang kita percaya. Lagi-lagi, itu berarti kita tidak saling mendengarkan. Sebuah percakapan memerlukan keseimbangan antara bicara dan mendengar, dan di tengah jalan, kita kehilangan keseimbangan itu.

Salah satu sebabnya adalah teknologi.
Ponsel cerdas yang Anda semua punya baik di tangan Anda
ataupun di tempat terdekat yang bisa segera Anda raih.
Saya berbicara dengan orang yang saya suka maupun tidak.
Saya berbincang dengan orang yang pendapatnya berlawanan dengan saya. Tapi percakapan saya dengan mereka tetap menyenangkan.
Jadi, saya akan menggunakan 10 menit berikut untuk menentukan cara komunikasi yang baik dan mendengarkan.

Ada 10 aturan dasar. Saya akan menuntun Anda melewati semuanya,
tetapi kalaupun Anda hanya memilih satu untuk menguasainya, Anda sudah tetap menikmati percakapan yang lebih baik.

Fokus

Dalam hal ini bukan hanya tentang meletakkan ponsel, kunci mobil, atau apapun yang ada di tangan Anda saat itu, yang mesti anda garis bawahi disini, kita harus benar-benar ada dalam pada momen itu. Lupakan masalah yang mengganjal pikiran, dari masalah pekerjaan, patah hati, bahkan memikirkan menu makanan apa nanti yang akan terhidang dirumah, lupakan, fokus dengan orang yang didepan dengan santai dan tulus, ingat..didepan anda sekarang atau sekeliling yang anda ajak berkomunikasi bukan robot, mereka manusia yang bisa secara intuitif mendeteksi ketergangguan dalam pikiran anda, yang pada akhirnya terpancar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Jika Anda memang ingin keluar dari percakapan itu, tinggalkan percakapan itu. Jangan setengah-setengah.

Menggurui

Tahukah anda salah satu komunikasi yang paling menjijikkan di dunia ini adalah ketika komunikasi itu menjurus kearah arah menggurui, kecuali kita memang sedang diruangan kelas. Menyampaikan pendapat tanpa memberi ruang bagi tanggapan, sanggahan, sentilan, mengapa anda tidak coba berbicara dengan tempurung kelapa atau  menulislah di blog atau catatan harian anda, mungkin itu lebih produktif jika anda memang sudah terlanjur menjadi orang suka menggurui.

Anda harus memasuki setiap percakapan dengan asumsi Anda akan belajar sesuatu.
Psikiater terkenal M. Scott Peck berkata bahwa untuk sungguh-sungguh mendengarkan, kita perlu mengesampingkan diri sendiri. Dan kadang itu berarti mengesampingkan pendapat pribadi .
Jika si pembicara merasa diterima,ia akan merasa aman dan lebih mungkin untuk membuka relung pemikiran terdalamnya pada si pendengar. Sekali lagi, berasumsilah bahwa Anda akan belajar sesuatu. Setiap orang yang akan kau temui mengetahui sesuatu yang tak kau ketahui, Setiap orang adalah ahli dalam sesuatu.

Gunakan pertanyaan terbuka.

Dalam hal ini, contohlah para wartawan.
Awali dengan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa atau bagaimana.
Jika Anda memberi pertanyaan yang rumit, Anda akan mendapat jawaban singkat.
Jika saya bertanya, "Apakah Anda takut?"
Anda akan mengambil kata yang paling menonjol dalam kalimat itu,
yakni "takut," dan jawabannya adalah "Ya" atau "Tidak."
"Apakah Anda marah?" "Ya, saya sangat marah."
Biarkan mereka menggambarkannya. Merekalah yang tahu. Cobalah menanyakan hal-hal semacam, "Seperti apa kesannya?"
"Bagaimana rasanya?" Karena dengan demikian mereka mungkin akan berhenti sejenak dan berpikir, dan Anda akan mendapat tanggapan yang lebih menarik.

Ikutilah aliran percakapan

Itu artinya, akan ada hal-hal yang muncul di pikiran Anda
dan Anda perlu merelakannya.
Kita sering mendengar wawancara
dimana narasumbernya bicara selama beberapa menit,
lalu pembawa acara melanjutkan dengan pertanyaan
yang tampak tidak berkaitan, atau yang sudah terjawab.
Itu berarti si pembawa acara mungkin sudah tidak menyimak sejak dua menit lalu
karena Ia terpikir sebuah pertanyaan yang cerdas,
dan dia sangat ingin menanyakannya.
Dan kita melakukan hal yang persis sama.
Kita duduk dan berbincang dengan seseorang,
lalu teringat saat kita bertemu Hugh Jackman di kafe.
Dan kita berhenti menyimak.
Cerita dan ide akan mendatangi Anda.
Anda perlu membiarkannya datang dan merelakannya pergi.

Jika Anda tidak tahu, katakan bahwa Anda tidak tahu.

Orang-orang di radio, khususnya NPR,
punya kesadaran ekstra bahwa mereka sedang direkam, sehingga mereka lebih berhati-hati ketika mengatakan mereka ahli dan apa yang mereka ketahui. Lakukan itu. Berhati-hatilah Berbicara tidak boleh asal bunyi.

Jangan bandingkan pengalaman Anda dengan pengalaman mereka.

Kalau mereka bercerita tentang kehilangan anggota keluarga, jangan lantas menceritakan saat saudara Anda meninggal. Kalau mereka menceritakan masalah pekerjaan mereka, jangan lantas bercerita tentang betapa Anda benci pekerjaan Anda. Itu tidak sama. Tidak pernah sama.
Semua pengalaman itu personal.
Dan yang lebih penting, ini bukan tentang Anda.
Anda tidak perlu mengambil kesempatan itu untuk membuktikan betapa hebatnya Anda atau betapa menderitanya Anda.
Seseorang bertanya pada Stephen Hawking berapa IQ-nya, ia menjawab, "Aku tidak tahu. Orang yang menyombongkan IQ-nya adalah pecundang."
Percakapan bukan kesempatan untuk promosi.

Cobalah tidak mengulang perkataan Anda. Itu merendahkan dan membosankan,
dan kita cenderung sering melakukannya.
Terutama dalam percakapan tentang pekerjaan, atau dengan anak kita,
kita ingin menekankan sebuah pesan
sehingga kita terus mengulang-ulangnya.
Jangan lakukan itu.
tidak usah bertele-tele.
Jujur saja, orang-orang tidak peduli
tentang tahun, nama,
tanggal, dan semua detail
yang berusaha Anda ingat.
Mereka tidak peduli. Yang mereka pedulikan adalah Anda.
Mereka ingin tahu seperti apa Anda,
apa kesamaan kalian.
Jadi lupakan detailnya. Tinggalkan.
Ini bukan yang terakhir, tapi ini paling penting.

Dengarkan.
Tak terhitung banyaknya orang-orang besar yang mengatakan
bahwa mendengarkan mungkin merupakan keterampilan terpenting
yang bisa Anda pelajari.
Buddha berkata, dan saya parafrasekan,
"Jika mulutmu terbuka, kamu tidak sedang belajar."
Dan kata Calvin Coolidge, "Tidak ada orang yang pernah dipecat karena mendengarkan."
Mengapa kita tidak saling mendengarkan?
Nomor satu, kita lebih suka berbicara.
Ketika saya bicara, saya memegang kendali.
Saya tidak perlu mendengar hal-hal yang tidak menarik.
Sayalah pusat perhatian.
Saya bisa mengangkat identitas saya.
Tetapi ada sebab lain:
perhatian kita mudah teralihkan.
Kecepatan bicara orang rata-rata 225 kata per menit,
tetapi kita bisa mendengarkan hingga 500 kata per menit.
Jadi, pikiran kitalah yang mengisi 275 kata lainnya.
Dan, saya tahu, perlu usaha dan energi
untuk menyimak seseorang,
tetapi kalau Anda tidak bisa, Anda tidak sedang berbincang.
Anda hanya sedang menyerukan kalimat-kalimat tidak nyambung
di tempat yang sama.
Anda harus saling mendengarkan,
seperti kata mutiara Stephen Covey,
"Kebanyakan orang mendengarkan bukan karena ingin mengerti.
Kita mendengarkan agar dapat menjawab."

bicaralah dengan singkat
Percakapan yang baik itu ibarat rok mini; cukup pendek untuk menyita perhatian, tetapi cukup panjang untuk merangkum nya. –
Semua itu mengerucut ke konsep dasar yang sama, yaitu:
tertariklah terhadap orang lain.
Dan seiring saya beranjak dewasa, saya berasumsi bahwa
dalam diri setiap orang tersembunyi sesuatu yang hebat.
Dan mungkin karena itulah saya menjadi pembawa acara yang lebih baik.
Saya menutup mulut sesering mungkin,
saya membuka pikiran,
dan saya selalu bersiap untuk kagum,
dan saya tidak pernah dikecewakan.
Lakukanlah hal yang sama.
Keluarlah, bicaralah dengan orang lain, dengarkan orang lain, dan yang paling penting, bersiaplah untuk terkagum kagum sekarang anda memiliki kemampuan  cara berkomunikasi yang baik

Komentar